Mr Gun's Zone

MORE THAN ABOUT ME

Saturday, January 31, 2009

System Of A Down Menyanyikan Lagu Dangdut…??

HAH?? Yang bener? Emang System Of A Down tahu musik dangdut? Ajie gile, tapi beneran deh….

Coba dengarkan lagunya yang berjudul Radio/Video di album Mesmerize. Sekilas lagu ini tampak nge-rock, metal dan sangar seperti lagu-lagu mereka pada umumnya, tapi coba perhatikan sampai habis, ada bagian yang nge-dangdutnya. Teman saya menyebutnya itu bukan dangdut, tapi adalah sejenis SKA. Konon juga itu sebenarnya adalah Armenian theme. Saya pun tidak pernah tahu seperti apa itu music Armenian sebelumnya, yang saya tahu itu mirip dangdut. Saya memang tidak begitu bisa membedakan jenis music.

Jika kita ingat-ingat, ada juga grup band Indonesia yang ngakunya ngerock tapi menggunakan aransemen dangdut di lagunya, seperti Dewa 19 dengan Sedang Ingin Bercinta. Ada juga Tipe-X yang notebene beraliran SKA, tetapi dengan asyiknya memasukkan dangdut di lagunya yang berjudul Sakit Hati.

Tidak salah sih, justru itu semakin menambah variasi music mereka. Saya juga tidak terlalu suka dengan band-band yang menampilkan music yang itu-itu saja. Biarpun lagunya enak-enak, tetapi mungkin dua tiga album sudah muncul rasa bosan. Tetapi banyak juga yang mengatakan jika band-band yang seperti itu adalah band yang frustasi. Ini dilontarkan oleh sebagian orang ketika pertama kali Gigi mengeluarkan album religi. Saya sangat tidak setuju!! Ini adalah bentuk kreatifitas, bukan hanya sekedar mendompleng ketenaran dengan memakai lagu orang, dan yang paling penting adalah panggilan jiwa untuk mengabdikan kemampuannya demi agama.

Lagi pula kita tidak sedang membahas itu, kita sedang bercerita tentang band yang menggunakan lagu-lagunya sendiri, seperti System of A Down, Dewa 19, dan Tipe-X tadi. Yang jadi pertanyaan sekarang, dari mana ide-ide itu mereka dapat? Saya tidak tahu. Saya hanya pernah membaca di suatu majalah, saat itu Tipe-X mengaku mereka tidak sengaja, kok sepertinya ada yang bernada dangdut di lagu itu, ya sudah didangdutin sekalian.

Bagaimana dengan Dewa 19? Jika itu karya mereka saya tidak akan heran, mereka selalu memainkan music apa saja. Dari pop, jazz, blues, rock, regge, kasidah, sampai dangdut. Hanya keroncong yang sepertinya belum saya dengar. Perlu dicatat, ini bukan hanya ide dari sang Master Ahmad Dhani, tapi lagu Sedang Ingin Bercinta diaransemen oleh Andra Ramadhani. Mereka memang selalu mengaku “bosenan” dengan warna music yang mereka bawa. Untuk lebih jelasnya baca “Bosan dengan Musik yang Itu-itu saja”.

Oh ya, Ariel juga pernah mengakui kalau lagu Di Atas Normal adalah dangdut versi Peterpan.

Oke, coy…

Sudah dengar belum dangdut versi System of A Down? Bagi yang belum pernah dengar atau belum punya lagunya, bisa download lagu Radio/Video di sini:

Setelah itu baru dengarkan, asyik deh berdangdut ria bersama System of A Down…

SYSTEM OF A DOWN

RADIO/VIDEO

hey man! look at me rockin' out

i'm on the radio....

hey man! look at me rockin' out

i'm on the video....

hey man! look at me rockin' out

i'm on the radio....

hey man! look at me rockin' out

i'm on the video....

with danny and lisa

they take me away from

the strangest places

sweet danny and lisa

they take me away from ahhhhh

they take me away from ahhh

the strangest places ahhh

sweet danny and lisa ahhh

they take me away from

hey man! look at me rockin' out

i'm on the radio....

hey man! look at me rockin' out

i'm on the video

with danny and lisa

they take me away from

the strangest places

sweet danny and lisa

they take me away from ahhhhh

they take me away from

the strangest places

sweet danny and lisa

they take me away from ahhhhh

[ser] whispering

hey man! look at me rockin' out

i'm on the RADIOOOOOO!!!!

hey man! look at me rockin' out

i'm on the VIDEOOOOO!!!!!!

with danny and lisa

[armenian theme (dangdut)]

they take me away from

the strangest places

sweet danny and lisaaaaa.......

lalalalalala...

nanananananana....

(sounds kinda russian)

hey man! look at me rockin' out

i'm on the radio....

hey man! look at me rockin' out

i'm on the video....

(HOOOO....)

hey man! look at me rockin' out

i'm on the radio....

hey man! look at me rockin' out

i'm on the video....

with danny and lisa.....!!

Mengapa Mereka Bisa Eksis

Mengapa sepertinya sangat sulit memiliki, atau sekedar menghadirkan band/penyanyi yang selalu eksis meski sudah belasan tahun malang melintang mengeluarkan album? Kita dulu mempunyai Koes Plus, yang sampai saat ini karya-karya mereka belum ada yang bisa melupakan. Saya tidak tahu berapa total album mereka, yang saya tahu sangat banyak. Biarpun saya hidup bukan di generasi mereka, tetapi saya tetap bisa menikmati lagu-lagu mereka. Saya juga yakin karya-karya mereka tetap akan abadi.

Adakah band lain yang mampu selalu eksis seperti Koes Plus? Silakan jawab sendiri.

Apakah sebenarnya yang membuat Koes Plus tetap ada dan selalu bisa berkarya meski banyak pendatang baru mengiringinya? Saya tidak tahu apa saja band-band besar pada kurun waktu mereka itu, tetapi saya bisa yakin, Koes Plus memang yang paling popular secara keseluruhan. Biarpun dulu ada The Mercy’s, d’Loyd, Black Brothers, atau apalah, yang saya tidak tahu siapa mereka itu. Tapi saya tahu, Koes Plus adalah nama terbesar di antara mereka semua. Anda tidak bisa protes, karena buktinya band lama yang paling saya kenal adalah Koes Plus. Peterpan boleh jadi adalah band terbesar, tetapi band Indonesia paling popular sepanjang masa adalah Koes Plus.

Jika kita berbicara mengenai penyanyi solo, kita punya Iwan Fals. Saya vonis Bang Iwan adalah penyanyi solo paling besar di Indonesia. Bahkan sampai sekarang pun tidak ada yang bisa mengalahkan popularitasnya. Dan kita tidak perlu membahas para pesaingnya.

Kembali ke pertanyaan di atas, mengapa mereka bisa selalu eksis?

Karena mereka kreatif dalam menyuguhkan warna music bagi penikmatnya. Jika saya bertanya apa jenis music Koes Plus? Apa jenis music Iwan Fals? Anda pasti balik bertanya: yang mana?

Ya, mereka memainkan banyak jenis music. Koes Plus bahkan pernah hijrah total ke music orkes melayu ketika melihat fakta bahwa racikan gitar dangdut Oma Irama diterima masyarakat. Mereka juga menyanyikan tembang-tembang Jawa. Tidak malu untuk belajar dari orang lain adalah kuncinya. Tidak perlu sok berprinsip “Aku adalah aku”, tapi itupun tidak bisa dipaksa, karena itu adalah hak mereka pribadi untuk memilih apa yang mereka inginkan.

Sekarang kita lihat band-band dan para penyanyi kita sekarang. Adakah yang seperti mereka?

Jika kita telisik, band-band tua yang masih aktif mengeluarkan album di antaranya adalah Slank, Dewa 19, dan Gigi. Mereka sudah berusia lanjut tetapi tetap berkarya dan secara umum music mereka diterima masyarakat. Biarpun mereka kalah dari band lain dalam angka penjualan kaset dan kepingan vcdnya, namun mereka menang dalam hal kepopuleran. Peterpan mungkin saat ini begitu fenomenal, tetapi kita juga tahu bahwa nama itu tidak akan muncul lagi.

Saat ini kita juga memiliki Melly Goeslaw sebagai penyanyi wanita yang begitu popular. Saya lebih memilih dia ketimbang Agnes Monica, Rossa atau 3 Diva dalam hal ketenaran. Musisi satu ini memang tidak pernah berhenti berkreatifitas. Begitu banyak generasi baru yang diorbitkannya, namun dia masih tetap bernyanyi, bahkan masih aktif dengan bandnya, Potret. Akankah Melly akan menjadi sosok legenda dalam permusikan Indonesia? Akankah Slank seperti Koes Plus?

Kita sambung lagi kapan-kapan ya….

Monday, January 26, 2009

We Will Not Go Down

Beberapa minggu yang lalu, ketika itu agresi militer Israel ke Jalur Gaza ‘baru’ beberapa hari berlangsung, saya menyaksikan acara (kalau tidak salah) Telisik di ANTV yang menjelaskan sejarah singkat konflik antara Israel dan Palestina. Perlu diketahui, saya baru tahu banyak mengenai konflik itu setelah saya membaca buku yang kalau tidak salah judulnya “HAMAS, Mengapa Ditakuti Amerika?”, beberapa tahun yang lalu. Buku itu adalah milik seorang teman saya, saya memang malas membeli buku. Setelah menyaksikan acara di ANTV tersebut akar permasalahan mereka semakin jelas, tetapi bukan itu yang kita bahas di sini, karena saya bukan ahlinya. Yang akan saya tulis adalah lagu background di credit akhir acara tersebut. Saya membaca liriknya sambil mendengarkan lagunya…


Where did we come from?
Why are we here?
Where do we go when we die?
What lies beyond
And what lay before?
Is anything certain in life?


Dan seterusnya…


Saya merinding mendengarnya. Saya pun menunggu credit yang menampilkan judul lagu itu. Judulnya adalah The Spirit Carries On, penyanyinya adalah Dream Theater. Mungkin lagu ini tidak asing lagi bagi sebagian pembaca, tapi bagi saya sepertinya itu adalah pertama kalinya saya mendengar lagu tersebut. Merinding.


Ketika itu saya sedang berlibur, mudik. Sekembalinya dari sana saya langsung mencari lagu itu di harddisk yang saya tinggal, ada. Saya memang mengoleksi lagu meskipun banyak yang tidak pernah saya putar. Saya pun kemudian memutar lagu tersebut berulang-ulang. Tidak ada bosannya. Dari lagu itu juga saya kemudian ‘mau’ memutar lagu Dream Theater yang lain.


Itu adalah kisah saya dengan lagu “The Spirit Carries On”. Lagu berikut yang akan saya bahas adalah lagu yang benar-benar mengenai serangan Israel ke Jalur Gaza. Saya pertama kali mendengarnya di TV One, We Will Not Go Down oleh Michael Heart. Saya sepertinya baru mendengar nama Michael Heart. Saya pun mencarinya di internet. Ternyata dia adalah penyanyi yang baru mengeluarkan satu album. Dan yang lebih membuat saya terkejut, ternyata lagu We Will Not Go Down adalah lagu baru yang khusus dia ciptakan untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza. Saya pun jadi penasaran untuk mengetahui siapa dia. Saya membaca biografi singkatnya di situsnya, http://www.michaelheart.com . Saya semakin terharu ketika mengetahui kalau Michael Heart membebaskan pengunjung situsnya mendownload gratis lagu We Will Not Go Down, dan dia hanya mengharap pengunjung ikut berpartisipasi membantu rakyat Palestina, khususnya lewat UNWRA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East).


Saya pun kemudian memamerkan lagu itu ke teman-teman saya. Mereka kebanyakan penasaran dan menanyakan siapa penyanyinya, saya pun menjelaskan apa yang saya ketahui saja. Namun belakangan ini tanpa saya sangka lagu ini benar-benar menjadi terkenal, kalau tidak mau dibilang fenomenal. Saya mendengarnya di putar di tempat penjualan VCD dan MP3 bajakan. Saya langsung teringat dengan pesan Michael Heart yang mengharap sumbangan untuk rakyat Palestina dari siapapun yang mendownload lagunya itu, gratis. Kontras dengan yang saya saksikan, para pembajak itu menjual lagu orang yang bahkan sudah menggratiskannya. Saya tidak tahu apa reaksi Michael Heart jika dia tahu akan hal ini. Tapi kalau pun dia ingin lagunya tersebar, bukankah yang lebih penting di sini adalah pesannya kepada kita semua agar mau membantu rakyat Palestina? Apakah pesan itu sampai kepada para pembeli MP3 bajakan itu? Memang dia tidak mewajibkan, tetapi dia pasti ingin agar orang-orang yang mendengar lagunya tidak sekedar tahu liriknya…..


Maaf, saya tidak bermaksud sok politis….


Bagi yang ingin tahu liriknya dan mendownload lagunya, klik saja: http://www.michaelheart.com/Song_for_Gaza.html

Bagi yang mau mendownload lagu Dream Theater, The Spirit Carries On, klik di sini




The Spirit Carries On


Where did we come from?
Why are we here?
Where do we go when we die?
What lies beyond
And what lay before?
Is anything certain in life?

They say "Life is too short"
"The here and the now"
And "You're only given one shot"
But could there be more
Have I lived before
Or could this be all that we've got?

If I die tomorrow
I'd be alright
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on

I used to be frightened of dying
I used to think death was the end
But that was before
I'm not scared anymore
I know that my soul will transcend

I may never find all the answers
I may never understand why
I may never prove
What I know to be true
But I know that I still have to try

If I die tomorrow
I'd be alright
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on

"Move on, be brave
Don't weep at my grave
Because I'm no longer here
But please never let
Your memories of me disappear"

Safe in the light that surrounds me
Free of the fear and the pain
My questioning mind
Has help me to find
The meaning in my life again
Victoria's real
I finally feel
At peace with the girl in my dreams
And now that I'm here
It's perfectly clear
I found out what all of this means

If I die tomorrow
I'd be alright
Because I believe
That after we?re gone
The spirit carries on

Pemain Alat Musik - Pencipta Lagu – Lirik

Seperti halnya Andra Ramadhan, gitaris Dewa 19 dan pendiri Andra & The Backbone, saya juga telat mengenal musik. Sewaktu kecil saya hanya mendengar saja lagu-lagu yang diputar di sekeliling saya, tanpa tahu siapa penyanyi dan bagaimana memainkannya. Jenis musik yang saya tahu adalah, pop, rock, dangdut, kasidah, dan keroncong ;-).

Sampai akhirnya saya menginjak bangku SMP, saat itu band-band Indonesia mulai unjuk gigi melalui Dewa 19, Jamrud, dan Sheila On 7. Saya mulai tertarik untuk memainkan alat musik, dan saya pun memilih gitar. Alasannya seperti juga Andra dan kebanyakan orang, gitar lebih ekonomis dan mudah didapat. Apalagi ketika saya mengetahui bahwa pencipta hampir semua lagu Jamrud dan Sheila On 7 adalah gitaris, yaitu Azis MS dan Eross Chandra. Saya pun kemudian berkhayal menjadi gitaris handal dan memiliki band terkenal, bahkan nama band yang belum ada itu pun sudah saya persiapkan. Sampai saat ini, cita-cita itu entah bagaimana kabarnya. Yang ada sekarang saya hanya bermain gitar dan bernyanyi dengan suara pas-pasan, sesekali ngejam ke studio bareng teman-teman amatir saya, tak pernah serius untuk mendirikan band beneran. Saya rasa kami pantas dikelompokkan dalam kelompok yang ‘bermain musik hanya karena hobi’ (baca: menyanyi untuk uang atau hanya bersenang-senang?)

Bagaimana dengan menciptakan lagu? Jujur saja, saya sering menciptakan lagu sendiri, namun kebanyakan lupa, baik nadanya maupun liriknya, karena saya malas mencatatnya. Ada yang sudah saya buat lagunya tapi belum saya buat liriknya. Padahal kalau boleh membanggakan diri, saya sering dipuji orang karena kepiawaian saya merangkai kata, entah itu puisi atau tulisan biasa yang saya buat puitis. Namun ternyata susah menyelaraskan lagu dengan lirik. Saya jadi ingat film Music & Lyrics yang dibintangi oleh Drew Barrymore dan Hugh Grant.

Kebanyakan lagu yang saya buat sekilas tidak berkualitas, makanya saya malas mencatatnya, setidaknya itu pendapat saya sendiri. Bukannya tidak percaya diri, tetapi tahu diri. Ada sih beberapa lagu yang saya rasa enak didengar, bahkan ada yang sampai teman-teman saya ikut menyanyikannya karena sering mendengar saya memainkannya. Mungkin kalau dijual bisa laku….. (ceileh…)

Yang jadi pertanyaan sekarang, apakah ada hubungannya antara pandai memainkan alat musik, menciptakan lagu, dan membuat lirik? Untuk sementara kita abaikan peran olah vocal.

Jika mengambil contoh Azis MS dan Eross Chandra, hingga saat ini kita masih punya banyak gitaris yang banyak menciptakan lagu untuk band mereka masing-masing. Lihat saja Samsons, Ungu, Andra & The Bacbone. Pertanyaannya, apakah mesti dengan gitar? Lihat Ariel, dia adalah vokalis Peterpan, sekaligus pencipta sebagian besar lagu-lagu bandnya. Tetapi dia juga pandai memainkan gitar, meski kalau berbicara skill, kemampuannya jauh di bawah Lukman sang gitaris betulan. Bagaimana dengan Ahmad Dhani, salah seorang pencipta lagu paling produktif di Indonesia saat ini? Dia bisa memainkan gitar, keyboard dan drum. Bagaimana dengan Melly Goeslow? Dia sama sekali tidak bisa memainkan alat musik apa pun.

Jadi, apa hubungannya pandai memainkan alat musik dengan kemampuan membuat lagu? Jika melihat ke yang di atas tadi, sepertimya tidak ada hubungannya. Tetapi menurut saya tetap ada, kalaupun Melly tidak bisa memainkan alat musik apa pun, itu adalah pengecualian.

Masalah berikutnya (sebenarnya bukan masalah, hanya saya yang kurang kerjaan, mengada-adakan masalah) adalah apakah ada hubungannya kemampuan menciptakan lagu (nada) dengan kepiawaian menulis lirik? Tidak ada. Coba lihat Choiril Anwar dan WS. Rendra, mereka tidak menciptakan lagu. Coba lihat para personil band kita, banyak yang tidak ikut menyumbangkan liriknya untuk lagu-lagu mereka. Secara de facto bisa diputuskan masalah ini selesai.

Lalu bagaimana caranya untuk menciptakan lagu yang berkualitas?

Lagu yang bagus adalah kombinasi dari nada lagu yang enak didengar dan lirik yang indah. Soal vocal dan musik yang menyertainya itu adalah masing-masing yang membawakannya.

Menyanyi untuk uang atau hanya bersenang-senang?

Di sini tempat cari senang

Salah tempat kalau kau cari uang

Di sini orang-orang penuh kreatifitas

Tempat orang-orang yang survive


Itu adalah sebait dari lirik lagu Slank yang kita semua sudah tahu. Jika Anda adalah seorang musisi dan ada yang bertanya, “untuk apa anda bermusik?”, apa jawaban anda?

Untuk saat ini biarkan jawaban itu terpendam di dalam hati anda, kecuali ada wartawan yang mewawancarai anda dan mengeluarkan pertanyaan seperti itu.

Jawaban dari pertanyaan itu tentu saja tergantung dari masing-masing pribadinya. Jika pertanyaan itu ditujukan kepada saya tidak bisa menjawab karena saya memang hanya musisi amatiran, berarti pertanyaan itu tidak tepat ditujukan kepada saya. Namun mungkin tepat jika pertanyaannya diubah sedikit, “untuk apa anda bermain musik?”, hanya berbeda karena yang ini ditambah dengan kata ‘bermain’. Ingat, yang pertama tadi ditujukan untuk musisi yang sudah mahir atau profesional, yang kedua adalah untuk kelas amatir atau pemula.

Jika pertanyaan kedua ditujukan kepada objeknya, yaitu kalangan amatir atau pemula, maka jawabannya bisa dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, sekedar hobi, ingin menjadi musisi terkenal, atau kedua-duanya. Tapi setelah saya membaginya menjadi tiga kelompok itu saya bertanya sendiri, apakah ada yang bermain musik karena hanya alasan kedua, hanya ingin menjadi musisi terkenal meski hobinya tidak di jalur musik? Saya merasa lucu sendiri.

Pembagian kelompok itu bisa dipakai unuk pertanyaan yang pertama tadi “untuk apa anda bermusik?”. Namun jika dianalisis lagi, rasanya susah menemukan musisi yang bermusik karena sekedar hobi, tanpa mengharap uang darinya.

Benarkah? Saya kembali teringat para musisi yang cenderung idealis dan agamis, kebanyakan musik mereka lebih susah merebut pasar dibandingkan musisi lain yang idenya universal. Jika mereka memang ingin mencari uang yang banyak, mengapa mereka susah-susah sok idealis dan agamis? Padahal kita tahu, menjadi seperti mereka tentu lebih sulit dibandingkan menciptakan lirik-lirik yang akrab di telinga masyarakat umum. Lalu apa tujuan mereka? Mencari uang sambil menumpahkan isi hati, mengabdi kepada Negara atau beribadah.

Jadi, bagaimana dengan pembagian kelompok yang saya buat di atas? Dibatalkan. Ternyata susah mengelompokkan isi hati ribuan orang…..

Bagaimana dengan tujuan anda sendiri….??

Lagu Remake, Tidak Kreatif?

Sejak dulu kala, banyak musisi yang me-remake lagu karya musisi terdahulunya dengan sama persis, hampir sama, atau berbeda sama sekali, bahkan berbeda aliran. Saya terinspirasi menulis ini ketika kemarin ada yang bertanya, “tahu nggak siapa yang nyanyiin ulang lagu Ratu ‘aku pasti kembali’?”

Saya langsung menjawab, “ntah, aku nggak suka sama orang yang nyanyiin lagu orang…”

Itu adaalah jawaban spontan. Setelah saya pikir, benarkah saya tidak menyukainya?

Ternyata tidak semua. Toh saya sendiri suka bawain lagu orang… (abis gak punya album ndiri, bo….!!!). Setelah saya analisis, ternyata me-remake ulang lagu orang mempunyai beberapa tujuan.

Yang pertama adalah ingin cepat terkenal. Bukannya menuduh, biasanya ini terjadi pada musisi-musisi baru yang belum punya nama. Agar cepat terkenal mereka me-remake lagu musisi lain yang sudah duluan terkenal. Yang kedua adalah karena dia adalah penggemar berat musisi aslinya, atau penggemar berat lagunya. Dengan kata lain, remaking ini adalah bentuk penghargaan dari si remaker untuk musisi asli yang mempopulerkan lagu tersebut. Yang ketiga adalah karena memang kegemarannya atau hobinya adalah mengaransemen lagu. Dan yang terakhir adalah karena dia memang tidak kreatif, tidak bisa menciptakan lagu, apalagi lagu yang berkualitas.

Antara alasan pertama dan terakhir terkadang saling berkaitan. jika seseorang ingin terkenal namun tidak mempunyai ide menciptakan lagu sendiri maka dia memilih jalan pintas, me-remake lagu yang sudah ada. Tanpa kesulitan yang berarti sudah bisa ngetop, tanpa susah menciptakan lagu. ‘Cuma’ me-remake doank. Bukan menyepelekan, musisi mana sih yang tidak bisa? Coba perhatikan band-band yang sering manggung di kafe-kafe atau bahkan acara-acara di kampung-kampung, semua lagu bisa mereka bawakan. Suara mereka tidak kalah bagus dengan musisi yang sudah mengeluarkan album, aransmen mereka juga tidak lebih buruk. Di sini mungkin factor lucky berbicara.

Jika seseorang me-remake lagu lama karena rasa kagumnya kepada musisinya maka kita bisa langsung tahu. Siapa yang berani bilang kalau Peterpan (atau Ariel) tidak bisa menciptakan lagu ketika mereka me-remake ulang lagu mendiang Chrisye, Kisah Cintaku? Semua orang sudah tahu karya-karya band satu ini, atau khususnya Ariel. Tanpa disebutkan pun kita sudah mafhum alasan mereka melakukannya.

Alasan yang ketiga sepertinya adalah yang paling banyak digunakan orang. Alasan yang ini juga bisa dikelompokkan lagi. Yang pertama adalah karena mereka tidak puas dengan aransemen lagu yang terdahulu. Biasanya mereka akan merubah total aransemennya, misalnya dari pop mellow menjadi nge-rock, rock menjadi dangdut, dan sebagainya. Yang kedua adalah karena ingin mencoba, bagaimana jika lagu ini diubah alirannya? Kedua alasan karena hobi ini berujung sama: perubahan total dari aransemen lagu itu sendiri.

October, by Evanescence

Dulu sewaktu pertama kali menonton film Daredevil saya hampir saja menitikkan air mata, yaitu ketika diperdengarkan lagu My Immortal, sangat mengena dengan suasana film yang sedang berkabung. Suara Amy Lee benar-benar mampu menyayat hati. Saya pun semakin cinta dengan lagu itu.

Lagu Evanescence yang pertama kali saya tahu adalah Bring Me to Life, yang juga Soundtrack film Daredevil. Saya langsung naksir dari pertama kali itu, apalagi setelah mendengar My Immortal.

Belakangan ini saya sering mendengarkan lagu October, yang juga punya Evanescence. Ternyata tidak kalah menyayat hati. Saya juga tidak pernah bosan mendengarnya. Bisa kok dijadikan pelarian kalau sedang sedih, biar sekalian meneteskan air mata. Coba saja!! Kalau belum punya silakan DOWNLOAD

DI SINI!!




EVANESCENCE LYRICS

"My Immortal"

I'm so tired of being here
Suppressed by all my childish fears
And if you have to leave
I wish that you would just leave
'Cause your presence still lingers here
And it won't leave me alone

These wounds won't seem to heal
This pain is just too real
There's just too much that time cannot erase

[Chorus:]
When you cried I'd wipe away all of your tears
When you'd scream I'd fight away all of your fears
And I held your hand through all of these years
But you still have
All of me

You used to captivate me
By your resonating light
Now I'm bound by the life you left behind
Your face it haunts
My once pleasant dreams
Your voice it chased away
All the sanity in me

These wounds won't seem to heal
This pain is just too real
There's just too much that time cannot erase

[Chorus]

I've tried so hard to tell myself that you're gone
But though you're still with me
I've been alone all along

[Chorus]

***

EVANESCENCE LYRICS

"October"

I can't run anymore,
I fall before you,
Here I am,
I have nothing left,
Though I've tried to forget,
You're all that I am,
Take me home,
I'm through fighting it,
Broken,
Lifeless,
I give up,
You're my only strength,
Without you,
I can't go on,
Anymore,
Ever again.

My only hope,
(All the times I've tried)
My only peace,
(To walk away from you)
My only joy,
My only strength,
(I fall into your abounding grace)
My only power,
My only life,
(And love is where I am)
My only love.

I can't run anymore,
I give myself to you,
I'm sorry,
I'm sorry,
In all my bitterness,
I ignored,
All that's real and true,
All I need is you,
When night falls on me,
I'll not close my eyes,
I'm too alive,
And you're too strong,
I can't lie anymore,
I fall down before you,
I'm sorry,
I'm sorry.

My only hope,
(All the times I've tried)
My only peace,
(To walk away from you)
My only joy,
My only strength,
(I fall into your abounding grace)
My only power,
My only life,
(And love is where I am)
My only love.

Constantly ignoring,
The pain consuming me,
But this time it's cut too deep,
I'll never stray again.

My only hope,
(All the times I've tried)
My only peace,
(To walk away from you)
My only joy,
My only strength,
(I fall into your abounding grace)
My only power,
My only life,
(And love is where I am)
My only love,
My only hope,
(All the times I've tried)
My only peace,
(To walk away from you)
My only joy,
My only strength,
(I fall into your abounding grace)
My only power,
My only life,
(And love is where I am)
My only love

***

Sunday, January 25, 2009

Belajar Bahasa Asing Dengan Lagu

Jika ditanya mengenai kemampuan berbahasa Inggris, saya menjawabnya beragam, tergantung dengan pertanyaannya dan yang bertanya. Jika ditanya bagaimana cara paling mudah belajar bahasa Inggris, saya tidak menjawab dengan les atau kursus, atau tinggal di Amerika. Ada cara yang paling murah dan efektif saya langsung menjawab, “Nonton film Hollywood atau lagu.” Kemampuan itu relative, namun jika membandingkan seseorang dengan orang lain. Namun secara umum, seseorang seseorang bisa dikatakan mampu atau tidak berbahasa Inggris, teman saya menyebutnya subjektif, bukan relative. Tapi bukan itu masalahnya.

Masalahnya adalah kemampuan seorang yang tahu banyak lirik lagu berbahasa Inggris dan yang sering nonton film Hollywood itu lebih baik dari pada yang hanya mendengarkan lagu-lagu Indonesia dan nonton sinetron. Saya sudah membuktikannya, saya banyak mendapat kosakata baru dari lirik lagu berbahasa Inggris dan film Hollywood. Misalnya di salah satu film saya melihat adegan ada seorang yang ingin ke toilet, lalu ada yang bertanya, “Number One or Number Two?”. Bagi yang tidak pernah mendengar istilah ini pasti akan heran, mau ke toilet kok ditanya nomor satu atau nomor dua…? Padahal maksudnya adalah “buang air kecil atau buang air besar?”

Bagaimana dengan lagu berbahasa asing? Saya sudah membuktikannya, saya sudah semenjak SMP berteman dengan orang Batak, hingga sekarang tinggal di Medan, pun dikelilingi orang-orang dari suku Batak, tiap hari mendengar mereka bercakap-cakap dengan bahasa mereka, namun saya sama sekali tidak bisa berbahasa Batak. Sampai akhirnya saya mulai mengengarkan lagu-lagu batak sambil membaca liriknya yang ditulis oleh teman-teman saya. Hasilnya saya sekarang tahu beberapa kata dari bahasa Batak yang sebelumnya tak ada sama sekali.

Mungkin juga ini dipengaruhi oleh kemampuan listening saya yang kurang, tetapi bukankah listening yang baik juga akan sangat terbantu dengan tulisan?

Banyak yang malas mendengar lagu berbahasa asing, khususnya Bahasa Inggris dengan alasan ‘nggak ngerti’. Padahal mendengar lagu itu adalah sarana belajar itu sendiri. Jadi mulai sekarang dengarkanlah lagu-lagu berbahasa asing. Bukannya tidak mencintai bahasa Indonesia dan karya-karya anak bangsa, saya juga tidak menyarankan untuk berhenti mendengarkan lagu-lagu Indonesia, tetapi alangkah baiknya jika kita melakukan sesuatu yang manfaatnya lebih banyak dari pada hanya menghibur diri tanpa memperoleh apa-apa sesudahnya. Tentu saja sambil mencari tahu apa maksud dari lirik yang kita nyanyikan, jangan sampai ada yang bilang “asal British”.

Dengan menonton dan mendengar lagu, kemampuan berbahasa asing kita bertambah (drastis, dijamin!). cara ini bukan sekedar murah dan efektif, tetapi juga mudah dan menghibur…..